DUTA RUMAH BELAJAR 2020

Merdeka Belajarnya Rumah Belajar Portalnya Maju Indonesia

BERBAGI INOVASI RUMAH BELAJAR

Blended Learning dengan Flipped Classroom Kelas Maya Rumah Belajar di Era Pandemi

Tema Gambar Slide 3

OLIMPIADE GURU NASIONAL Tk JAKARTA SELATAN Th 2019 di SMP NEGERI 12 JAKARTA

October 25, 2022

SEBUAH PERJALANAN PENDIDIKAN GURU PENGGERAK - Pengambilan Keputusan

 


SEBUAH PERJALANAN
PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

Tulisan ini adalah kisah saya dalam perjalanan mengikuti pendidikan guru penggerak, khususnya perubahan cara pandang dan keterampilan saya terhadap pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan universal sebagai pemimpin.

Pratap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani, yang artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Kaitannya dengan filosofi Ki Hajar Dewantara tersebut, di era sekarang ini seorang guru harus mampu mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengacu pada pratap triloka yaitu mampu menjadi teladan, memberi motivasi, dan memberi dukungan kepada muridnya dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki murid sesuai dengan kodrat zamannya.

Saya sebagai seorang guru terus melakukan pembentukan nilai diri sebagai upaya menjadi teladan bagi murid. Nilai-nilai baik yang ada dalam diri saya akan mempengaruhi keputusan yang saya ambil dan nantinya  akan mampu melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid. 

Coaching dengan model TIRTA yang saya pelajari dapat membantu saya menuntun murid menemukan potensi dalam pengambilan keputusan dengan memanfaatkan komunikasi positif melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang dapat membuat saya melakukan metakognisi. Selain itu, proses coaching juga membuat saya lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, saya dapat menemukan potensi di sekitar dan mengembangkannya. 

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. Ketika menghadapi permasalahan benar lawan benar, saya hendaknya mengambil keputusan dengan kesadaran diri, kesadaran sosial, relasi, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan kemampuan problem solving. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Ada tantangan-tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika. Tantangan-tantangan tersebut terkait dengan perubahan paradigma di lingkungan saya. Paradigma guru masih banyak belum berubah terkait penerapan nilai-nilai kebajikan di sekolah. Hal ini merupakan tantangan terbesar.

Pengambilan keputusan terkait pembelajaran yang saya ambil selalu mengacu pada pengajaran yang memerdekakan murid-murid. Saya akan memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda, berdasarkan asesmen gaya belajar serta profil murid. 

Pada akhirnya saya mendapatkan kesimpulan bahwa saya harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memulai mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah saya agar semakin yakin dengan keputusan-keputusan yang saya buat.

Saya harapkan keputusan-keputusan yang saya ambil akan semakin menguatkan jati diri saya sebagai seorang pemimpin yang meletakkan kepentingan murid sebagai yang utama seiring dengan filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara yang telah saya pelajari. 

Setiap keputusan akan memiliki implikasinya masing-masing, dan tidak mungkin sebuah keputusan akan memuaskan semua pihak.  Sebagai seorang pendidik dan pemimpin, saya akan terus berusaha menempatkan kepentingan murid sebagai prioritas dalam proses yang saya jalani.

Sebagai seorang pendidik, saya akan terus belajar dan berusaha menjadi suri teladan bagi murid-murid saya dengan melakukan yang terbaik, dan terus berpegang pada nilai-nilai kebajikan agar murid-murid saya tumbuh menjadi manusia Indonesia yang berintegritasberkarakter, serta senantiasa mengambil keputusan-keputusan yang etis dengan penuh tanggung jawab.

September 16, 2022

BUDAYA POSITIF

 

Gambar dari https://assets.promediateknologi.com

“…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.”

-Ki Hajar Dewantara

DISIPLIN POSITIF dan NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL

Terdapat beberapa miskonsepsi yang terjadi dalam memaknai kontrol di sekolah, berikut adalah miskonsepsi makna Kontrol terkait teori kontrol Dr. William Glaser: 

  1. Guru mengontrol murid
  2. Semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.
  3. Kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter
  4. Orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.
Beberapa miskonsepsi pada guru tersebut mengakibatkan kesalahan dalam pola pembimbingan murid di sekolah. Guru harus menyadari bahwa semua perilaku murid memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai. Perilaku murid yang tidak sesuai hendaknya dicari penyebabnya dan ditangani secara hangat dan terbuka bersama murid.

Walaupun terdengar positif, jika sifatnya adalah membujuk dan bukan muncul dari murid, itu tetap merupakan bentuk kontrol. Memberikan kritik dan membuat murid merasa bersalah membuat murid menuju pada  identitas gagal. Guru merasa memiliki tanggung jawab  untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Padahal hendaknya guru memunculkan keinginan pada murid secara intrinsik.

Dari hal- hal tersebut dapat dimaknai bahwa disiplin adalah adalah perilaku yang mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
 
Disiplin positif hendaknya membawa murid pada perwujudan nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal yang akan diwujudkan pada pelajar Indonesia terangkum dalam Profil Pelajar Pancasila dengan enak dimensinya yaitu:

1. Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
2. Mandiri
3. Bernalar Kritis
4. Berkebinekaan Global
5. Bergotong royong
6. Kreatif

Gambar dari didno76.com


TEORI MOTIVASI, HUKUMAN PENGHARGAAN, SEGITIGA RESTITUSI

Terdapat tiga bentuk motivasi dari perilaku manusia, dalam hal ini khususnya perilaku murid yang ditemui sehari-hari di sekolah, berdasarkan Diane Gossen - Restructuring School Discipline, yaitu :

  1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
  2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
  3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Motivasi yang terbaik dimiliki murid adala yang ketiga. Motivasi ini akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN 

Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. 

Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah penghargaan sesungguhnya.

SEGITIGA RESTITUSI


Restitusi adalah sebuah pendekatan untuk menciptakan disiplin positif. 
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). 

Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).

KEYAKINAN KELAS

Keyakinan adalah nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama.

Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.

Contoh-contoh nilai-nilai yang dapat dijadikan keyakinan kelas adalah keadilan, kehormatan, peduli, integritas, kejujuran, pelayanan, keamanan, kesabaran, tanggung jawab, mandiri, berprinsip, keselamatan, kesehatan, dan lain-lain.

Guru dapat menerapkan pengambilan kesepakatan keyakinan kelas dengan murid di awal pembelajaran.


Guru mengkonfirmasi keyakinan kelas yang sebelumnya sudah didiskusikan dengan murid.


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DAN DUNIA BERKUALITAS
Gambar dari Modul CGP Angkatan 5

DUNIA BERKUALITAS


Tempat khusus dalam pikiran Anda, tempat Anda menyimpan gambaran representasi dari semua yang Anda inginkan: bisa berisi orang-orang, hal-hal dan apa saja yang terbaik dalam hidup Anda dan membuat Anda merasa bahagia dan terpenuhi kebutuhan dasar Anda.

Bila guru dapat membangun interaksi yang memberdayakan dan memerdekakan murid, maka murid akan meletakkan dirinya sendiri sebagai individu yang positif dalam dunia berkualitas karena mereka menghargai nilai-nilai kebajikan.


RESTITUSI - 5 POSISI KONTROL

Berikut adalah posisi kontrol yang dilakukan guru di sekolah:

  • Penghukum
  • Pembuat merasa bersalah
  • Teman
  • Pemantau
  • Manajer


RESTITUSI - SEGITIGA RESTITUSI


Modul CGP Angkatan 5


Membentuk budaya sekolah dengan berfokus pada kebutuhan murid dan pertumbuhan karakter positif bukanlah hal yang mudah.

Buah dari kerja keras ini dapat terlihat ketika kita menyadari bahwa murid kita telah bertumbuh menjadi seorang dewasa yang sukses di pekerjaan, kehidupan, dan relasinya dengan orang lain dengan karakter yang memiliki integritas tinggi, bertanggung jawab, dapat diandalkan, berbudi pekerti luhur, dan bermanfaat bagi lingkungan dan negara.




June 17, 2022

KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.2

Sebelum mempelajari modul 1.2 saya belum mengetahui mengenai cara bekerja  otak dan bagaimana manusia tergerak, serta bagaimana pembentukan nilai-nilai pribadi terbentuk dari tahap tumbuh kembang anak. 

Namun setelah mempelajari modul ini saya mengetahui banyak hal. Menguasai cara berpikir lambat dengan otak luhur manusia akan membuat seseorang dapat mengendalikan dirinya dengan lebih baik. Terkait kebutuhan dasar manusia, manusia memiliki insting untuk memenuhinya. Saat sudah bisa mengendalikan diri dengan baik tentunya proses pemenuhan kebutuhan tersebut akan berlangsung baik dan proporsional. Sebagai pendidik kematangan dalam hal menguasai cara kerja otak dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia sangatlah berpengaruh dalam memberikan pendidikan kepada murid. Guru akan dapat melakukan proses pendidikan sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak dengan nilai hidup manusia.

Mempelajari modul ini memberikan pengalaman baru bagi saya dalam memahami nilai-nilai pribadi, khususnya nilai-nilai untuk menjadi seorang guru penggerak dan bagaimana melakukan peran guru penggerak.

Perasaan saya saat mengetahui hal yang baru saja saya dalami adalah seketika ingin segera berproses menjadi guru yang memiliki nilai tersebut. Tidak sabar ingin segera banyak melakukan refleksi pada diri saya.

Saya pun jadi mengetahui kekuatan dan kelemahan diri saya terkait nilai dan peran saya sebagai guru penggerak. 

Nilai-nilai yang harus dimiliki adalah berpihak pada murid, kolaboratif, inovatif, mandiri dan reflektif. Reflektif merupakan nilai yang harus saya fokuskan lebih kuat. Dalam berperan sebagai pemimpin pembelajaran, coaching bagi guru, pelatih students agency, pendorong kolaborasi serta menggerakkan komunitas praktisi.

Bahwa nilai yang dimiliki guru penggerak sangat mempengaruhi kemampuan guru penggerak memainkan perannya dan pada akhirnya sangat mempengaruhi kemampuan guru dalam melaksanakan kompetensinya sebagai guru penggerak.

Untuk selanjutnya saya akan terus terlibat dalam mengembangkan kurikulum sekolah secara kolaboratif bersama rekan, dan mengembangkan rencana pembelajaran yang berpusat dan berpihak pada murid, saya juga akan membagi peran pada setiap individu di sekolah agar semua pihak terlibat. 

Komunitas guru dengan berbagai skill akan saya bentuk, rawat dan kembangkan, sekaligus akan menjadi konsultan bagi para guru.

Murid pun akan selalu menjadi pemimpin pada projek yang saya programkan. Mereka akan berlatih menjadi pemimpin sebelum mereka menjadi pemimpin dunia. 

Akhrinya saya dan rekan akan selalu berbagi praktik baik dan selalu melakukan refleksi atas apa pun kegiatan yang kami rencanakan dan lakukan.

 


  

SEBUAH PERJALANAN PENDIDIKAN GURU PENGGERAK - Pengambilan Keputusan

  SEBUAH PERJALANAN PENDIDIKAN GURU PENGGERAK Tulisan ini adalah kisah saya dalam perjalanan mengikuti pendidikan guru penggerak, khususnya ...